Guru TK, Kober dan PAUD se-Kabupaten Nagekeo Ikut Bimtek Pembuatan Alat Permainan Edukatif

Mbay, nagekeokab.go.id— Sebanyak 42 guru TK, PAUD dan Kober di Kabupaten Nagekeo mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) pembuatan alat permainan edukatif di Aula VIP Lantai 2 Kantor Bupati Nagekeo, Selasa 6 Juni 2023.

Bimtek tersebut diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo melalui Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia (GOPTKI)  Kabupaten Nagekeo dan dibuka secara resmi oleh Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do.

Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo Venantius Minggu, S.Pd, Ketua DPC GOPTKI Kabupaten Nagekeo Maria Natalia Mere bersama jajarannya, Wakil Ketua TP-PKK Kabupaten Nagekeo F.C.A.Yanu Astuti serta undangan lainnya.

42 orang peserta Bimtek adalah para Guru PAUD  perwakilan dari 7  kecamatan termasuk sekolah dampingan GOPTKI Nagekeo. Sedangkan narasumbernya adalah Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo Venantius Minggu, S.Pd, Dosen Universitas Terbuka PG -PAUD Ibu Gabriel Winda Astuti ,M.Pd dan Ketua IGTKI Kabupaten Nagekeo Clementina Y. Sina,S.Pd.

Prudentiana Tueng dalam laporannya  mengatakan Alat Permainan Edukatif (APE) bagi Guru PAUD memegang peranan penting sebagai media stimulasi, pembelajaran dan permainan, sedangkan bagi guru merupakan sarana yang membantu dalam penyampaian pembelajaran.

Keterbatasan penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dikarenakan keterbatasan Guru PAUD dalam memanfaatkan APE yang sudah ada secara optimal sedangkan keterbatasan pengadaannya disebabkan oleh keengganan guru untuk membuatnya sendiri.

“Untuk itu diperlukan kreativitas dari Guru PAUD  untuk dapat membuat APE sendiri karena banyak bahan bekas yang dapat dijadikan sebagai alternatif pembuatan APE dari bahan daur ulang,” ujar Prudentiana.

Bimtek ini kata Dia, bertujuan untuk meningkatkan SDM yang berbasis kompetensi, menguatkan pemahaman guru PAUD dalam pembuatan APE bahan daur ulang untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran, serta perbaikan pembelajaran pada lingkup kerja masing-masing.

Bupati Nagekeo dalam sambutannya berharap kegiatan bimbingan teknis ini nantinya  menghasilkan dan merangsang para guru untuk menggunakan bahan pembelajaran  yang bukan saja dari bahan daur ulang (plastik dan lainnya)  tapi juga dari bahan organik.

“Salah satu yang saya bayangkan adalah pusumuku dengan bagian kuning dalamnya (Jantung Pisang). Ini juga bahan belajar yang menarik buat anak PAUD karena tidak menimbulkan alergi, bersih dan organik. Jika tidak digunakan lagi bisa dibuang jadi sampah organik (pupuk)” jelas Bupati Don.

Menurutnya Alat  Permainan  Edukatif (APE) bisa digunakan dari bahan yang ada di sekitar kita baik bahan daur ulang maupun  bahan organik lainnya. Dengan demikian para guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan alat permainan edukatif yang ramah lingkungan.

“Bahan-bahan yang sudah ada terlalu banyak disekitar kita tapi jika tidak ada kreatifitas maka tidak akan jadi apa-apa, ” ujarnya.

Kepada para guru, Bupati menyarankan agar, anak sejatinya diajari cara menghasilkan uang sendiri sejak usia belia, sebab pengetahuan menghasilkan pendapatan sendiri itu penting bagi tumbuh kembang anak. “Ajar anak-anak kita dari PAUD, TK, SD itu cari uang sendiri ya, cari uang jajan sendiri. Kita bisa lihat Orang Cina anaknya sudah sejak kecil diajari membuat adonan  kue,bola bola roti. Mereka sudah diajarkan keterampilan tangan. Anak sudah dilatih dari kecil untuk kerja” ungkapnya.

Salah satu contoh sederhana yang bisa dikerjakan anak dalam menghasilkan uang sendiri adalah mengumpulkan barang rongsokan ataupun kemasan botol plastik kemudian dijual.  “Anak-anak kita dari PAUD saya kasih contoh anak bawa botol plastik apa saja dari rumah, kumpulkan, panggil tukang timbang di timbang  dan bisa dapatkan uang. Mereka akhirnya tahu bahwa ini bisa jadi uang” katanya.

Kepada para guru, Bupati berpesan agar dalam membimbing dan mendidik anak tidak pilih kasih. Guru harus bisa memahami setiap individu siswa secara detail tanpa memilah satu dengan yang lainnya. Sebab, umumnya, kecenderungan guru-guru lebih dekat dengan anak-anak yang bersih, segar, pintar. Jika praktek seperti ini terjadi, maka guru sebagai penyumbang disparitas (perbedaan) dan sudah mulai diskriminasi di kelas dengan adanya beda perlakuan.

“Nanti kemudian itu ada perlakuan antara orang yang miskin sama orang yang mampu, orang yang bodoh sama orang yang pintar” ungkap Bupati Don.

Bupati juga berharap para pendidik lebih serius dalam mengurusi peserta didik dengan fokus perhatian kepada anak berkebutuhan khusus.

Kepada mereka perlu dilakukan bimbingan dan pendampingan yang lebih dan perlu juga lakukan kunjungan rumah. Untuk itu, setiap guru harus mengenali secara baik setiap siswanya, mengetahui dengan pasti kemampuannya sehingga ketika ada persoalan  yang di hadapi bisa segera temukan  solusi apa yang akan dilakukan.

“Saya ajak kita berpikir serius karena ini perilaku guru dalam kelas, dalam treatment kita pada semua anak. Saya minta ibu-ibu guru justru harus memberikan perhatian lebih kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Saya tidak bilang mereka miskin, bodoh, kotor, tidak. Saya hanya sebut mereka berkebutuhan khusus lalu kalau tidak bisa, apa persoalan anak ini sampai modelnya begini, kunjung di rumahnya” saran Bupati.

Lebih jauh, Bupati mengajak semua elemen untuk lebih peka dan peduli kepada anak yang berkebutuhan khusus mulai dari level RT, Dasawisma, sehingga ke depan anak-anak ini tidak menjadi bonus demografi, mereka tidak kompetitif.

“Kalau ibu guru semua ini punya hubungan pribadi, punya hubungan personal dengan setiap anak minimal bisa komunikasi personal yang bagus,  interaktif sehingga bisa merangsang mimpi mereka. Mungkin kata-kata menurut kita sederhana tapi buat mereka itu sangat termotivasi jadi bagaimana  mendorong mereka untuk maju meraih mimpinya” ujarnya.

Selain tentang pembelajaran praktis juga bagaimana  memanfaatkan  bahan yang ada di sekitar kita dijadikan bahan pembelajaran, alat bantu belajar untuk memahami konsep bentuk, jumlah, numerik dan mungkin juga huruf.

“Kita sekalian punya imajinasi yang lain, ada barang-barang lain lagi yang bisa digunakan selain pusumuku (jantung pisang) sebagai bahan belajar dan itu akan sangat membantu.” pungkas Bupati. *(Ixta-Prokopim)

Share on facebook
Facebook
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on twitter
Twitter

Copyright © 2023 Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Nagekeo. All Right Reserved.

Copyright © 2023 Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Nagekeo. All Right Reserved.

error: Content is protected !!