Mbay, nagekeokab.go.id— Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do membuka dengan resmi Kegiatan Lokakarya Panen Hasil Belajar PPGP Angkatan VII Tahun 2023 di Aula Setda Kantor Bupati, Rabu 12 Juli 2023.
Lokakarya sehari ini diselenggarakan oleh Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbudristek dan Balai Guru Penggerak (BGP) Provinsi NTT bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo.
Turut hadir pada acara pembukaan Tim Balai Guru Penggerak Provinsi NTT Lidia Natalia Br. Sitompul, S.Pd.,MM, Cynthia Paskawaty Meok, S.Sn. dan Nelson Kanisius Tiumlafu dan Fasilitator CGP Angkatan VII Kabupaten Nagekeo Cicik Novita, S.Pd, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Nagekeo Drs.Imanuel Ndun, M.Si, Kadis P&K Venantius Minggu, S.Pd bersama jajarannya serta para undangan lainnya.
Penanggungjawab PPGP Angkatan VII Kabupaten Nagekeo Drs. Amandus Embo mewakili Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo dalam laporan panitianya mengatakan bahwa pelaksanaan Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) menekankan pada kompetensi kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) yang mencakup komunitas praktik, pembelajaran sosial dan emosional, pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai perkembangan murid dan kompetensi lain dalam pengembangan diri dan sekolah.
“Adanya guru penggerak maka guru akan bergerak dan bila guru bergerak Indonesia akan maju dan melatih guru menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan profil pelajar pancasila,” katanya.
Amandus menjelaskan Lokakarya VII yang bertemakan “festival panen hasil belajar” ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan selama 6 Bulan pendidikan yang dilalui oleh para Calon Guru Penggerak. Lokakarya terakhir ini adalah pameran aksi nyata dari para CGP setelah mendapat pelatihan dari para Pengajar Praktik selama pendidikan. Di sebutkan pula Lokakarya ini menjadi ruang diskusi dan pemecahan masalah serta meningkatkan keterlibatan komunitas praktis.
Secara nasional Kabupaten Nagekeo mendapat kuota Guru Penggerak hanya untuk angkatan III, VII, VIII, IX dan angkatan X. Untuk angkatan III PPGP telah terpilih sebanyak 38 orang Guru Penggerak dan 15 orang diantaranya telah dilantik sebagai Kepala Sekolah dengan rincian 9 orang untuk jenjang Sekolah Dasar dan 6 orang untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama. PGP Angkatan VII ini berjumlah 24 orang yang siap bergabung dengan 38 orang guru penggerak angkatan ketiga. Dengan demikian ada 62 orang Guru Penggerak di Kabupaten Nagekeo.
Ia menyebutkan Lokakarya Panen Hasil Belajar yang diselenggarakan ini untuk mengevaluasi Program Guru Penggerak dan berbagi aksi nyata pada pameran hasil program yang menampilkan perubahan positif di lingkungan belajar sekolah serta praktik baik yang didapatkan dalam mengembangkan program.
Lokakarya ini juga sebagai bahan refleksi dan evaluasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan melibatkan orang tua untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan dan pedagogi Guru, sehingga dapat menghasilkan profil guru penggerak yang memiliki kematangan moral emosional dan spiritual serta berperilaku sesuai kode etik.
Sedangkan hasil yang diharapkan mampu memperkaya wawasan para CGP melalui Kelas Belajar Calon Guru Penggerak; Para CGP menyajikan capaian dari aksi nyata selama mengikuti PGP serta berharap mendapat dukungan dari para Pemangku Kepentingan terhadap Program CGP sesuai peran masing-masing dalam ekosistem pendidikan.
Sebagai penanggungjawab kegiatan Amandus mengapresiasi komitmen perjuangan dan semangat para Calon Guru Penggerak dan Pengajar Praktis selama melaksanakan Program PGP.
“Guru Penggerak sebagai pasukan elitenya Kementerian Pendidikan yang siap menggerakkan komunitas belajar, menginspirasi dan mentransformasi pembelajaran serta menjadi pemimpin pendidikan di masa depan. Nagekeo telah menghasilkan 62 pasukan elit, ” ungkap Amandus.
Motto PGP yakni Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan menjadi spirit untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yakni Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong-royong, Berkebhinekaan tunggal, Bernalar Kritis dan Mandiri.
Herlina Yunitasari CGP dari TK Negeri Pembina Boawae mewakili para CGP menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan yang luar biasa sehingga bisa melewati setiap rangkain proses yang ada.
Menjadi Guru Penggerak itu bagaimana membangun kolaborasi, membuat komunitas praktis, membuat program yang berpihak pada murid. Semoga yang dipelajari selama pendidikan tidak hanya memenuhi centang hijau pada LMS tetapi mampu diaplikasikan baik untuk diri pribadi juga menjadi motivasi bagi rekan guru lainnya.
“Meskipun ada kendala atau gesekan kami tetap maju melangkah, bergerak supaya membuktikan kami siap menjadi pemimpin pembelajaran dan membantu teman guru lainnya sehingga bertransformasi menjadi lebih baik,” ujarnya.
Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do diawal sambutannya kembali ingatkan para peserta ketika memulai sesuatu harus dilandasi dengan motivasi dan alasan yang benar maka tidak akan melihat kesulitan dan tantangan sebagai sebuah ancaman untuk mundur.
Secara khusus kepada para Guru Penggerak yang dilabelkan sebagai pasukan elitnya dunia pendidikan Bupati Don menghimbau agar memulai dengan motivasi yang benar maka akan berjalan dengan kekuatan dan kepercayaan diri yang penuh ke depannya.
“Saya harap semua peserta memiliki alasan dan motivasi yang benar untuk menjadi seorang Guru Penggerak” ungkap Bupati Don.
Dalam dunia pendidikan hal pentingnya adalah bagaimana menyiapkan Sumber Daya Manusia menjadi kompetitif kedepannya. Dengan demikian, calon Guru Penggerak adalah calon pemimpin dalam dunia pendidikan.
“Menjadi pemimpin yang pertama dilihat adalah kualitasnya. Pemimpin harus berorientasi jangka panjang (long time focus) dimana siswa-siswi menjadi perhatian utama. Bagaimana saya menghasilkan anak didik yang kompetitif di 10 atau 20 tahun yang akan datang. Mari kita berhamba pada siswa. Mereka itu nomor satu, ” pinta Bupati.
Menjadi Guru Penggerak kedepannya perlu perhatikan tiga poin penting Identity problem, Policy problem dan Technical problem.
Pertama adalah identity problem bahwa pentingnya mengenali diri pribadi yakni kekuatan atau motivasi yang dimiliki harus benar dimana sebagai ASN yang terpilih melalui seleksi menjadi pelayan masyarakat, Apa yang menjadi landasan dan alasan menjadi seorang Guru Penggerak.
Selanjutnya Policy problem, mampu menyusun kebijakan, langkah-langkah yang dilakukan seperti apa supaya output yang dihasilkan menjadi kompetitif kedepannya.
Yang terakhir adalah Technical Problem bagaimana menyiapkan guru yang kompetitif, adakan pelatihan yang seperti apa yang mampu mengatasi persoalan yang terjadi.
Pendidikan melahirkan percepatan karena itu Bupati berharap agar tidak lalai menyiapkan Sumber Daya Manusia yang kompetitif. Kepada para pendidik kepercayaan dan tanggungjawab itu diberikan.
“Saya minta kita yang pertama-tama harus selesai dengan identity problem. Siapa saya? Itu harus selesai. Kalau itu tidak selesai kita tidak mampu merumuskan atau menerima setiap kebijakan. Kalau pun terampil dan berpengetahuan yang akan dilakukan adalah hal-hal yang tidak terarah secara salah karena problem utama ada pada identity problem, ” pungkasnya.
Acara pembukaan diakhiri dengan foto bersama dan peninjauan stand pameran hasil program dari para CGP. (Ixta/Prokopim)