
![]()
Mbay, nagekeokab.go.id— Bupati Nagekeo, Simplisius Donatus Meresmikan Sanggar Seni dan Tenun Ikat Rowet Savana Community (RSC) bertempat di SMPN 6 Aesesa, Desa Nggolonio Kecamatan Aesesa. Turut hadir mendampingi Bupati Nagekeo, Plt.Kadis Pendidikan dan Kebudayaan yang juga adalah Kabag Pemerintahan pada Sekretariat Daerah, Oskar Yoseph Amekae Sina. Acara tersebut dihadiri juga Kades Nggolonio, Kepala SMPN 6 Aesesa, tokoh tokoh masyarakat serta undangan lainnya.
Sanggar Seni dan Tenun Ikat Rowet Savana Community (RSC) SMPN 6 Aesesa dibentuk dalam rangka mewujudkan pengembangan potensi siswa secara holistik mulai dari olah pikir, olah hati, olah rasa dan olahraga dalam menyalurkan minat dan bakat dibidang seni.
Bupati Simplisius Donatus dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada pihak sekolah, komite, para guru, dan seluruh peserta didik yang telah menggagas dan mewujudkan berdirinya sanggar seni Rowet Savana Community (RSC). Menurut nya, Inisiatif ini bukan hanya sebuah langkah kreatif, tetapi juga merupakan bentuk nyata dari komitmen bersama dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya daerah Nggolonio dan Nagekeo secara umum. Sanggar Seni “Rowet Savana Community” merupakan wadah independen yang lahir dari semangat gotong royong dan kecintaan terhadap budaya. “Meski berada di lingkungan sekolah, sanggar ini memiliki AD-ART yang jelas dan telah terdaftar resmi di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, menandakan keberadaannya bukan sekadar simbolik, melainkan terstruktur dan berorientasi pada pengembangan berkelanjutan,” ungkap Bupati Simplisius.
Ia mengungkapkan sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler, sanggar ini menjadi ruang ekspresi dan pembentukan karakter bagi generasi muda. Melalui seni tari, musik tradisional, teater, dan berbagai bentuk kesenian lainnya, anak-anak belajar tentang identitas, nilai, dan kearifan lokal yang menjadi warisan leluhur.
Lebih lanjut dikatakan Bupati Simplisius budaya adalah fondasi pendidikan dan pendidikan yang tidak berakar pada budaya akan kehilangan jati dirinya. Oleh karena itu, ia mendukung penuh agar sanggar ini menjadi motor penggerak dalam membangkitkan kembali kehidupan budaya masyarakat, serta menjadi bagian dari upaya pelestarian nilai-nilai luhur yang mulai tergerus oleh zaman. “Saya berharap, Sanggar Seni “Rowet Savana Community” tidak hanya menjadi tempat berlatih, tetapi juga menjadi ruang tumbuhnya inovasi dan kreativitas siswa, serta menjadi duta budaya Nagekeo dalam berbagai ajang festival seni, baik di tingkat Kabupaten, Provinsi, maupun Nasional,” pintanya.
Selamat dan sukses untuk Sanggar Seni “Rowet Savana Community”. Mari, terus dukung dan beri ruang bagi generasi milenial untuk mencintai dan menghidupkan budaya kita sendiri,”pungkas Bupati Simplisius.
Sementara itu, Marselinus Mosa dalam laporan panitia, menyebutkan bahwa tujuan dibentuknya sanggar seni ini untuk melestarikan warisan budaya lokal yang tergerus zaman dengan harapan sebagai generasi penerus para siswa/i mencintai dan melestarikan kearifan lokal juga meningkatkan prestasi sekolah di bidang non-akademik.
Sanggar Seni Rowet Savana Community akan mengelola 5 cabang seni, seni tari (tradisional dan modern), Seni Musik, Seni Teater, Seni Rupa, Seni Budaya Lokal (seni tenun Lipa Dhowik) dan setiap cabang akan dibimbing oleh pembina dengan jadwal latihan rutin 2 kali seminggu dan hingga saat ini sudah 77 siswa yang bergabung didalamnya”, kata Ketua Panitia Marselinus Mosa.
Ia menjelaskan, nama Rowet Savana Community bukan sekedar nama, tetapi nama yang mencerminkan keindahan alam dan kekayaan budaya daerah Nggolonio secara spesifik. “Rowet sebuah bukit yang menjulang indah dengan segala keanggunan yang memikat setiap mata yang memandangnya, sedangkan Savana adalah hamparan rumput ilalang yang memantulkan warna kuning keemasan dikala mentari senja yang melambangkan ruang terbuka untuk berkreasi dan berinovasi,” jelasnya.
Sedangkan Kepala Sekolah SMPN 6 Aesesa, mengungkapkan pendidikan sejati adalah pendidikan yang mengakar pada budaya. Dengan adanya Sanggar ini, lembaga SMPN 6 Aesesa tidak hanya menghasilkan anak -anak cerdas secara akademik tetapi juga generasi yang berkarakter, beridentitas dan bangga akan budaya ya sendiri. ” Inilah yang akan menjadi benteng kita menghadapi arus globalisasi,” ujarnya. (Prokopim)