Nagekeo, nagekeokab.go.id— Badan Pengembangan Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menggelar rapat koordinasi desa wisata Flores, Lembata dan Alor dan Bima (Floratama) Tahun 2023 di Kabupaten Nagekeo.
Kegiatan yang diikuti oleh 28 Desa Wisata se Flores, Lembata dan Alor ini diselenggarakan sejak Senin 6 Maret sampai dengan Kamis 9 Maret 2023 bertempat di Mbay dan Kampung Pajoreja, Desa Ululoga, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo.
BPOLBF berkomitmen mengembangkan sektor pariwisata melalui pengembangan desa wisata yang ada di kawasan Floratama yang mana rakor Floratama merupakan bentuk inovasi MICE desa wisata yang dilakukan oleh BPOLBF.
Kegiatan tersebut dibuka dengan resmi oleh Bupati Nagekeo dan Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina bertempat di Aula Setda Kantor Bupati Nagekeo pada Senin malam 6 Maret 2023.
Direktur BPOLBF Shana Fatina menyampaikan bahwa kehadiran 28 Desa Wisata Kawasan Floratama 2023 ini diharapkan akan melahirkan rencana aksi bersama Pengembangan 30 Desa Wisata Tematik Kawasan Floratama melalui program kerja sama dan kolaborasi yang berdampak pada peningkatan kapasitas desa melalui digitalisasi desa, penguatan kapasitas SDM, kelembagaan.
“Desa wisata di setiap daerah di wilayah Floratama menjadi satu kunci kekuatan besar dalam membangun pariwisata. Di sini kita ingin belajar banyak saling mengenal satu sama lain, saling menjual satu sama lain, itulah cara kita memperkenalkan desa wisata” ungkap Shana.
Dijelaskan Shana, Kampung Wisata Pajoreja Desa Ululoga terpilih menjadi lokasi kegiatan karena memiliki keindahan alam dan budaya yang menjadi atraksi wisata menarik bagi pengunjung. Selain itu, kampung wisata Ululoga memiliki homestay yang mendukung untuk pelaksanaan kegiatan dimaksud.
“Hari ini saya bisa bilang pak Bupati berkontribusi membangun pariwisata di Pajoreja. Karena dari awal kita di sini mengenal Pajoreja dari cerita beliau” ungkap Dia.
Shana mengatakan bahwa, rapat koordinasi yang digelar nantinya ditemukan begitu banyak peluang-peluang bagi pelaku wisata dalam menjalin kemitraan antar desa wisata di setiap daerah.
BPOLBF kata Dia nantinya akan melakukan promosi besar-besaran terhadap potensi dan keunikan desa wisata terutama pembukaan akses pasar kepada wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara.
Oleh karena itu, BPOLBF menginginkan agar setiap desa wisata harus bisa menyiapkan diri secara baik dalam menerima pengunjung yang akan berkunjung ke desa wisata masing-masing terutama kesiapan produk yang akan dijual ke wisatawan.
“Tamu ini sebenarnya mereka datang dengan ekspektasi, nah ekspektasinya seperti apa ketika mereka datang mereka ingin belajar lebih banyak tentang kebudayaan tentang kearifan” ucap Shana.
Shana mengungkapkan bahwa Tahun 2023 ini merupakan momentum pemulihan sektor pariwisata pasca dilanda pandemi COVID-19, sehingga proyeksi perjalanan wisata di seluruh dunia yang sebelumnya hanya 700 juta perjalanan diperkirakan melonjak menjadi 1, 4 M miliar perjalanan.
Karena itu, Ia meminta agar setiap desa wisata harus bisa menyiapkan diri secara baik terutama harus ada produk yang bisa menarik wisatawan.
“Masa dari 1,4 Miliar perjalanan nggak ada yang mampir ke desa wisata. Nggak usah semuanya dulu, kita perkenalkan mereka (wisatawan) ke desa wisata melalui travel agen” pesan Dia.
Kekuatan Story Telling
Selain panorama alam, salah satu kekuatan besar yang bisa diperkenalkan ke wisatawan adalah cerita history (Story Telling) tentang keunikan desa wisata beserta budayanya. Misalnya, kekayaan intelektual seperti motif tentu beraneka corak yang menjadi ciri khas suatu daerah memiliki filosofis tersendiri.
“Banyak sekali filosofi-filosofi hidup yang ada di desa, semuanya itu sebenarnya akan menjadi hal yang sangat menarik dari pelajaran yang sangat berharga buat para wisatawan agar bisa kembali lagi” jelas Shana.
Oleh sebab itu, Shana mengajak setiap pelaku wisata khusus desa wisata agar mampu menemukan keunikan dan kelebihan serta kekuatan dari desa masing-masing yang kemudian nantinya akan saling mempromosikan satu sama lain melalui sebuah cerita yang nantinya akan diperkenalkan kepada wisatawan.
“Setelah itu jangan lupa kita juga harus meningkatkan literasi atau narasi dalam bercerita bagaimana wisatawan ini ketika datang tidak hanya mendapatkan foto-foto indah saja mereka harus bawa ilmu baru dari berkunjung ke desa wisata sehingga memang orang datang ke sini untuk belajar tidak hanya sekedar melepas penat” katanya.
Lebih lanjut Shana mengatakan bahwa pengembangan sektor pariwisata Labuan Bajo Flores bukan dilihat dari bagaimana mengejar jumlah destinasi wisata, akan tetapi lebih kepada kualitas satu obyek wisata dan kualitas itu tergantung bagaimana pelaku mengemasnya menjadi destinasi yang bermutu.
Apresiasi Kemenparekraf
Penyelenggaraan rakor Floratama mendapatkan apresiasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Menparekraf Sandiaga Uno dalam sambutan via during mengungkapkan bahwa Kampung Wisata Pajoreja merupakan desa yang dipilih sebagai pelaksanaan rapat koordinasi desa wisata dalam kawasan Floratama.
Menurut Sandiaga, Pajoreja ideal menjadi tuan rumah kegiatan akbar tersebut, karena telah dilengkapi dengan segala aspek tematik Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) yakni homestay dan sumber daya manusia yang siap.
Karena itu, Sandiaga Uno mengajak agar seluruh peserta rakor untuk dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan baik guna mendorong pengembangan sektor pariwisata di zona Floratama.
“Mari bersama kita dorong pariwisata Indonesia lebih mendunia lewat desa wisata,” ujar Sandiaga.
Harapan Pemkab Nagekeo
Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do menyampaikan rasa gembira dan terima kasih atas kehadiran peserta Rakor Floratama. “Mulai dari barat, Bima sampai Alor yang hari ini sudah sampai di tempat ini kami sangat bergembira, kalian sudah sampai ke tempat ini” ungkap Bupati.
“Saya kira hari ini dan esok, inilah kenyataan kalau tadi malam kita masih membayang-bayang tentang desa wisata” imbuhnya.
Don Bosco Do menyebut, Kampung Pajoreja di Desa Wisata Ululoga itu memiliki potensi keindahan alam dan tanaman rempah yang menjadi sebuah atraksi wisata menarik bagi pengunjung.
Dia berharap kegiatan rapat koordinasi ini dapat menghasilkan suatu kesepakatan dan rekomendasi bersama yang nantinya akan ditindaklanjuti oleh BPOLBF guna mendorong pengembangan sektor pariwisata ke depannya.
“Dari diskusi, membangun jejaring, mereka saling bantu, saling mengembangkan. Mudah-mudahan dengan travel pattern yang akan disepakati bisa dibuatkan pola visitasi sehingga bagi wisatawan ini nanti akan ada banyak pilihan” jelas Don Bosco.
Menurut Don Bosco, ada hal unik serta kekuatan yang bisa dijadikan produk utama yang akan dijual ke wisatawan dari beberapa destinasi wisata di Kabupaten Nagekeo. Desa Wisata Ululoga misalnya, dengan keadaan topografi Kampung Pajoreja yang berada di kaki Gunung Ebulobo, serta kekhasan kuliner lokal yang sama sekali tidak terkontaminasi dengan bahan kimia. Hal unik yang bisa ditawarkan adalah tourism untuk sehat.
“Orang bisa datang melakukan aktivasi terlibat langsung dengan masyarakat dan mengkonsumsi makanan yang biasa dimakan dengan hanya direbus, bakar ini mereka bisa turunkan berat badan sehingga pulang lebih segar, lebih fresh” katanya.
Lebih jauh, Bupati mengatakan bahwa para pelaku usaha desa wisata di Nagekeo khusus Desa Ululoga ke depan harus banyak belajar mengasah kemampuan seperti mengolah komoditi lokal yang nantinya akan dijadikan produk unggulan yang bisa dijual ke wisatawan.
“Tidak menutup kemungkinan welcome drink (sirup pala) bisa jadi welcome drink di hotel berbintang Labuan Bajo” tandasnnya.
Dalam mendukung pengembangan bidang pariwisata, Pemerintah Kabupaten Nagekeo mendesain pola integrasi yakni membagi zona wisata menjadi lima (5) kawasan destinasi dengan keunikan serta karakteristik wilayahnya masing masing.
Adapun ke 5 zona tersebut dikenal sebagai Ring of Tourism yakni Ring of Mbay, Ring of Ebulobo, Ring of Kota Jogo-Kinde, Ring of Amegelu dan Ring of Lena. “Pada prinsipnya dengan adanya kegiatan ini kami siap belajar untuk menemukan keunikan di setiap Ring Of Beauty ini sehingga kami bisa menampilkan apa yang bisa kami miliki” pungkas Bupati.
Adapun desa-desa wisata yang hadir sebagi peserta diantaranya, Desa Komodo, Desa Pasir Panjang, Desa Papagarang, Desa Batu Cermin, Desa Golo Bilas, Desa Gorontalo, Desa Rangko, Desa Galang dan Loha dari Kabupaten Manggarai Barat. Desa Liangbua, Desa Todo, Desa Waerebo dari Kabupaten Manggarai. Desa Gololoni dari Kabupaten Manggarai Timur. Desa Tololela, Desa Gurusina, dari Kabupaten Ngada. Desa Nggela, Desa Detusoko Barat dari Kabupaten Ende. Desa Nita dan Desa Kojadoi dari Kabupaten Sikka. Desa Lewokluok dari Kabupaten Flores Timur, Desa Lolong dan Desa Bean dari Kabupaten Lembata, Desa Matalafang dari Kabupaten Alor. Desa Sari dan Desa Bajo Pulo dari Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. (Ixta/Sevrin)