Mbay, nagekeokab.go.id— Pemerintah Kabupaten Nagekeo menggelar apel dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kabupaten Nagekeo yang ke-17 di Lapangan Berdikari Danga Jumat, 8 Desember 2023. Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do bertindak sebagai inspektur upacara. Apel ini dihadiri oleh seluruh ASN di lingkungan Pemkab Nagekeo dan unsur Forkopimda.
Nuansa hari ulang tahun Kabupaten Nagekeo yang ke 17 ini jika diibaratkan dengan manusia sama dengan sweet seventeen. Usia kepemerintahan juga menentukan kematangan serta organisasi yang terlibat di dalamnya. Kita masih terus belajar ibarat manusia yang menuju kedewasaan kita juga harus terus belajar untuk menjadi lebih matang.
Bupati menyampaikan, dalam usia ke-17 kita perlu refleksi perjalanan kita sebagai warga Kabupaten Nagekeo. Saat ini kita sudah masuk dalam masa pemilu. Kita semua akan terlibat dalam perbincangan mengenai pencapaian kita sampai saat ini dalam masalah serta tantangan yang ada didepan mata, dan tawaran jalan keluar atau peta jalan ke depan.
Sejarah panjang perjuangan untuk membentuk pemerintahan yang otonom di wilayah Kabupaten Nagekeo kita sudah berjalan 17 tahun dan pada tahun yang ke 17 ini kita mendapatkan rahmat yang luar biasa, pengalaman yang luar biasa sehingga kita sampai di sini. “Ini semua tentu saja atas berkat Tuhan dan leluhur kita. Oleh sebab itu sekali lagi saya mengajak kita semua mampu mengenang mereka mengucap syukur kepada Tuhan sehingga kita sampai pada kondisi hari ini” pesan Bupati.
Momentum perayaan yang ke-17 ini, Bupati mengatakan ada sesuatu yang baru, inisiatif baru dari organisasi yang semakin matang menuju kedewasaan. Kita bertekad melaksanakan festival One Be yang mudah sekali diingat dalam pergaulan kita ke dunia luar karena bisa dibaca juga dalam bahasa inggris One Be.
Di hari pertama, kita disadarkan pada warisan leluhur kita, puncak literasi yang sudah dicapai oleh para leluhur kita melalui tenunan dan anyaman yang sekaran sedang kita pakai bersama. Kita berusaha ke depan harus bisa seperti Bali yang punya potensi literasi. Salah satu contoh yang saya sampaikan pada kesempatan ini data 2014 Bali berhasil mendatangkan devisa dari penjualan lukisan 2,4 juta dolar. “Kita punya tenun dan anyam, tugas kita sekarang menaikan mutu, memastikan hasil tenunan warisan nenek moyang ini bisa masuk dalam selera pasar dunia” pesan Don Bosco.
Kemudian kita juga fokus kepada pengembangan sumberdaya manusia di bidang pendidikan khususnya pendidikan tingkat dasar. Even ini menyadarkan kita untuk tetap memelihara dan melestarikan alam dan lingkungan hidup kita. Ada rombongan kemping melihat gunung, padang menikmati pemandangan alam dan ada juga penghijauan yang dipusatkan di kawasan hutan mangrove. “Proyek strategis Nasional yang sudah ada di depan mata kita ini dapat kita jaga melalui pelestarian alam dan hutan sehingga dapat membantu menampung air yang akan ditampung di waduk. Di pesisir kita juga menyadarkan masyarakat pesisir untuk bisa mengelola alam dengan tidak merusak bakau, sehingga fungsi ekonomis dan ekologis berjalan beriringan” ungkap Don Bosco.
Selanjutnya, Festival One Be membawa kita untuk kembali menggali nilai dan keyakinan yang diwariskan oleh orang tua kita melalui atraksi. Tinju adat (etu) memiliki filosofis yang sangat tinggi selain yang gampang kita maknai bahwa ini adalah arena di mana kaum pria menunjukkan keperkasaannya akan tetapi lebih dari itu makna yang terkandung di dalamnya bahwa kita menyadari dalam kehidupan bersama tidak dapat dihindari perbedaan bahkan perseteruan. “Lebih dari itu aktraksi (tinju) ini mengajarkan kepada kita bahwa kita adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan yang punya kemampuan di atas jauh dari primata, kita punya kesadaran untuk segera merajut persaudaraan” tuturnya.
Malam kita lanjutkan dengan Kaijo sebuah ritual lokal dan juga Tandak dari Rendu dipentaskan dalam Festival One Be. Ini panggung di mana leluhur kita menarasikan nasihat-nasihat bijak dalam tatanan hidup bersama, tenggang rasa dengan sesama dan juga merawat alam. Saat ini di mana kita mengalami kelangkaan satwa-satwa liar yang berakibat pada ketidakseimbangan ekosistem alam ini dengan berbagai dampak buruk. “Ini semua bagian dari pesan festival yang ingin kita sampaikan dan ini adalah Festival tahun pertama dan diikuti tahun-tahun berikutnya” ungkapnya.
Menurut Don Bosco, target Pemerintah Kabupaten Nagekeo adalah pada tahun ketiga Festival One Be ini sudah dapat dikemas dan dinilai oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sehingga bisa diangkat menjadi even nasional. “Tekad Pemerintah Kabupaten Nagekeo dan masyarakat ingin even One Be pada tahun ke empat sudah bisa menjadi even Nasional” tegas Don Bosco.
Dalam perjalanan ke depan ini, kita akan membenahi apa yang sudah atau sedang kita jalan. Kita diberi landscape alam yang cukup indah, lengkap mulai dari stepa, sabana, gunung api, kawasan hutan bakau. Nagekeo sudah ditunjuk oleh lembaga dunai Landesa sebagai tempat studi bagaimana merawat mangrove supaya ada keseimbangan antara fungsi ekonomis dan ekologis.
Lebih jauh Don Bosco mengatakan Pemerintah Kabupaten Nagekeo juga berkomitmen membangun sumberdaya manusia terutama generasi muda agar mampu bersaing di masa depan. Dalam implementasinya, Pemda bekerja sama dengan sejumlah mitra baik itu NGO maupun perusahaan swasta yang mengembangkan inovasi pembelajaran di Kabupaten Nagekeo seperti INOVASI, Taman Baca Pelangi, Enuma, Plan Internasional, WFI, WISE, Lembaga Gasing besutan Profesor Surya dan yang teranyar Briton Institut. “Semuanya datang ingin membantu kita, membantu anak-anak Kabupaten Nagekeo, karena mereka tahu dalam usia ini kita punya energi banyak untuk menyerap banyak pengetahuan dan keterampilan baru” pungkasnya. (*)