Penjabat Bupati Nagekeo Pimpin Apel Kekuatan

Loading

Mbay, nagekeokab.go.id— Penjabat Bupati Nagekeo Herda Helmijaya memimpin Apel Kekuatan yang dilaksanakan di Halaman Kantor Bupati Nagekeo pada Senin 9 Desember 2024. Apel dihadiri Sekretaris Daerah, para Asisten Sekda, para Kepala Perangkat Daerah, Pejabat Administrator, Pengawas, Pelaksana serta PPPK Lingkup Pemerintah kabupaten Nagekeo.

Dalam amanatnya Pj.Bupati menyampaikan  beberapa point penting diantaranya momentum Hari Ulang Tahun Kabupaten Nagekeo ke -18 yang beriringan dengan Hari Anti Korupsi Sedunia. Menurutnya moment tersebut bukanlah kebetulan belaka tetapi adalah rencana Tuhan dan harapannya Nagekeo menjadi Kabupaten Pelopor, Kabupaten Penggerak Anti Korupsi di Flores bahkan NTT ataupun Indonesia. “Mengapa ulang tahun kabupaten kita berdiri  beriringan dengan Hari Anti Korupsi tanggal 9 Desember? Ini menunjukkan bahwa kabupaten kita haruslah menjadi kabupaten pelopor, kabupaten penggerak anti korupsi di Flores bahkan di NTT atau pun di Indonesia” ujar Pj. Bupati.

Ia menambahkan hanya Kabupaten Nagekeo yang hari ulang tahunnya beriringan dengan Hari Anti Korupsi Sedunia. Karena itu ia berharap semangat anti korupsi harus selalu dibawa dan di tegakan dalam setiap tugas fungsi yang dijalankan.

Berbicara soal korupsi menurut  Pj.Bupati ada banyak literatur bahaya korupsi, bagaimana orang-orang yang terlibat korupsi atau bahkan beberapa kejadian yang dapat dijadikan pelajaran. Masa kadaluarsa kasus-kasus korupsi adalah 18 tahun. “Kalau kita melakukannya hari ini Desember 2024 kita patut berharap-harap cemas sampai 18 tahun kemudian, semoga tidak ketahuan. Bisa dibayangkan disaat menikmati masa pensiun tiba-tiba ada panggilan hadapi masalah hukum. Ini hal yang bukan main-main, “ujarnya.

Ia menggambarkan dari beberapa kasus yang pernah ditanganinnya di mana melibatkan pejabat publik ada beberapa orang yang mencoba bunuh diri, dengan mencoba melompat dari lantai 8 gedung  KPK, ada juga mencoba gantung diri tapi berhasil dicegah. “Saya gambarkan ini agar bapak-ibu punya gambaran bagaimana sebetulnya orang -orang  yang tampak tegar di luar, tapi didalamnya  mereka marah, menangis. Wajah tersenyum, tapi sebenarnya hanya untuk konsumsi media saja, “paparnya.

Pada kesempatan tersebut Pj.Bupati juga menyoroti soal tingkat keterlibatan pegawai dimana menurutnya masih rendah sehingga perlu adanya peningkatan. “Survey menyebutkan, 32% pegawai yang merasa terlibat atau memiliki jadi masih rendah sekali, 18% malah pegawai itu cuek saja. Datang absen, tunggu gaji, tunggu tukin, selesai. Mereka tidak tahu output apa yang dihasilkan hari itu. Bahkan apa yang dikerjakan hari itu mereka ga tahu. Ini hampir di semua lembaga, “ungkapnya.

Untuk meningkatkan rasa memiliki dan keterlibatan tersebut maka paling tidak ada tiga hal yang harus dipenuhi yang pertama adalah passion, pekerjaan itu haruslah menyenangkan. Tapi bukan seenak-enaknya. Kedua loyalitas, curahkan segenap tenaga, pikiran, waktu untuk pekerjaan kita. Ini juga yang kurang disadari. “Bicara loyalitas. Banyak yang berpikir selesai jam kerja selesailah fungsi ASN. Tidak jarang HP dimatikan. Dihubungi susah  alasan diluar jam kerja. Padahal pelayanan publik harus siap siaga 24 jam penuh. Kontrak kita sesungguhnya 24 jam. Ketiga, paling penting adalah Achievement (capaian atau hasilnya) “Saya bekerja untuk apa? Pantaskah saya dapat gaji segini. Apa yang sudah bisa saya berikan untuk organisasi,” katanya. Ketika tiga hal itu dipenuhi baru bisa disebut kita memiliki keterlibatan penuh, punya rasa memiliki  dan paham apa yang kita lakukan terhadap organisasi. Secara teori dijelaskan Pj.Bupati  ada 3 penyebab terjadinya korupsi yang disebut Segitiga Korupsi.

Pertama adanya tekanan/pressure. Gaya hidup mewah, judi online, pinjaman online, tuntutan untuk berpenampilan berbeda dengan orang lain. Tekanan tersebut memunculkan aspek finansial yang harus dipenuhi sementara penghasilan tidak cukup untuk memenuhinya.

Kedua, mencari kesempatan, kita tutup dimana, apa yang bisa kita manfaatkan, misalnya bendahara penerimaan/pengeluaran, godaan bisa lebih tinggi, juga bapak ibu yang melakukan kegiatan fisik.

Ketiga Rasionalisasi, Pembenaran. “Boleh dong pak, saya ambil sedikit karena kerja saya lebih berat dari yang lain. Timbunan kan susah dibuktikan, “ungkapnya lagi.

Ia menambahkan tidak susah untuk membuktikan korupsi. Salah satu indikator adalah sulitnya permintaan data ketika data dibutuhkan. Ini salah satu indikator ada yang tidak beres di organisasi itu. “Saya selalu berpesan, tolong rapikan data, jangan sampai Aparat  Penegak Hukum melihat ada sesuatu dibalik data itu dan APH turun, kalau sudah turun itu repot. Kita ga mau itu terjadi, “pesannya.

Di akhir amanatnya Pj. Bupati menghimbau untuk tingkatkan engangement terhadap organisasi dan sikap anti korupsi.  Semua yang dilakukan semata-mata untuk  masyarakat Nagekeo. “Kita adalah pelayan publik, jadi masyarakatlah yang dilayani bukan kita. Camkan itu sehingga kita tidak merasa lebih tinggi dari masyarakat yang kita layani, harapnya. (Ixta)

Share on facebook
Facebook
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on twitter
Twitter

Copyright © 2023 Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Nagekeo. All Right Reserved.

Copyright © 2025 Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Nagekeo. All Right Reserved.